Jumat, 30 Januari 2009

Gus Dur Trauma Poros Ciganjur

Jawapos
[ Minggu, 25 Januari 2009 ]

Gus Dur Trauma Poros Ciganjur

JAKARTA - Semakin dekat pemilu tensi politik semakin hangat. Tokoh-tokoh nasional di luar pemerintah mulai rajin melakukan pertemuan. Gagasan untuk mempertemukan tokoh Ciganjur, yakni Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Amien Rais, Megawati Soekarnoputri, dan Sri Sultan Hamengku Buwono X, mulai bergulir.

Isu konsolidasinya tokoh nasional itu muncul pasca pertemuan tertutup antara Ketua Dewan Pertimbangan DPP PDIP Taufiq Kiemas yang didampingi Sekjen DPP PDIP Pramono Anung dengan Amien Rais beberapa hari lalu itu. Namun, diperkirakan rencana itu menemui banyak batu sandungan.

Gus Dur sebagai salah satu tokoh di dalamnya sudah siap-siap menarik diri. Presiden ke-4 RI itu mengaku trauma kalau nanti hanya kembali dimanfaatkan secara politik. "Kalau pertemuannya hanya itu-itu saja, mereka saat nanti ngomong ke saya, saya nggak mau. Jangan-jangan kita dijual lagi," ujar Gus Dur di Utan Kayu, Jakarta, kemarin (24/1). Dia khawatir, dirinya hanya dimanfaatkan oleh kepentingan parpol tertentu demi kepentingan jangka pendek Pemilu 2009.

Poros Ciganjur berawal dari pertemuan di kediaman Gus Dur di Ciganjur, tepatnya November 1998. Pertemuan di awal reformasi itu dinilai sebagai salah satu titik penting dalam tumbangnya rezim Soeharto yang berkuasa 32 tahun lebih.

"Sebenarnya ceritanya kan berasal dari Amien Rais (rencana pertemuan Ciganjur II). Kini saya sudah tidak punya semangat kumpul lagi. Tapi, kalau ngumpulnya Sultan sama saya saja, ya itu lain, beda lagi," lanjut mantan ketua umum PBNU tersebut.

Secara terpisah, Sekjen DPP PDIP Pramono Anung tak mau disebut partainya menggalang pertemuan Ciganjur Jilid II. Menurut dia, memang ada pembicaraan secara terpisah antara sejumlah tokoh muda, seperti Yenny Wahid (putri Gus Dur), Dradjad Wibowo (orang dekat Amien Rais), dan Sukardi Rinakit (tim sukses Sultan), serta dirinya sendiri.

''Idenya dari omong-omong santai biasa. Baru sebatas gagasan. Jadi, tidak ada Ciganjur Jilid II itu,'' katanya.

Pram -begitu dia akrab disapa- menjelaskan, pertemuan itu membahas bahwa setelah reformasi banyak aspek dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus diperbaiki. Sebab, demokrasi yang bergulir ternyata belum mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara utuh. Dari sana, imbuh Pram, ada keinginan untuk bersama-sama menyikapinya. ''Siapa pun yang punya empati tentu harus turun tangan,'' ujar orang kepercayaan Mega itu.

Pram memastikan, langkah mereka itu tidak berkaitan dengan agenda jangka pendek, seperti pilpres. ''Kami tidak bicara figur. Bagaimanapun, orang-orang ini sudah menjadi tokoh bangsa,'' tegasnya.

Dradjad Wibowo menyampaikan, perkembangan pilpres sangat bergantung hasil pemilu legislatif dan keputusan MK tentang syarat pencalonan pasangan capres dan cawapres. Karena itu, semua kemungkinan masih sangat terbuka.

Menurut dia, dalam realitas politik seperti ini semua tokoh akan berupaya menjalin komunikasi yang intensif. Hanya, imbuh tokoh muda PAN yang dekat dengan Amien Rais itu, tinggal kubu SBY yang belum membuka komunikasi politik dengan kubu lain.

''Padahal, dalam konteks pilpres, dia itu tetap capres. Tapi, sampai sekarang belum ada gerakan dari kubu Yudhoyono,'' tegasnya.

Apakah ada kemungkinan tokoh-tokoh pertemuan Ciganjur akan membangun koalisi? ''Saya kira kalaupun tidak ketemu di putaran pertama, kemungkinan itu ada di putaran kedua,'' jawabnya. (dyn/pri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar